Minggu, 13 Februari 2011

Puisi Persahabatan

klik disini
Yang melindungi semua makhluk di bumi
Dengan merdam sebuah energi besar
Menjadi sumber dari segala kehidupan

Pastinya kita semua sepakat bahwa persahabatan memang sangat indah, maka untuk mengungkapkannya pun harus dengan kata-kata yang sepadan untuk bisa mewakili rasa persahabatan itu sendiri. Keindahan sahabat diungkapkan Kahlil Gibran dalam puisi persahabatan berikut:


Sajak Persahabatan

Dan seorang remaja berkata,
Bicaralah pada kami tentang Persahabatan.
Dan dia menjawab:
Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati,
yang kau taburi dengan kasih dan kau tuai dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa mahu kedamaian.

Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya,
kau tiada takut membisikkan kata Tidak
di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata Ya.

Dan bilamana dia diam,hatimu berhenti dari mendengar hatinya;
kerana tanpa ungkapan kata, dalam persahabatan,
segala fikiran, hasrat, dan keinginan dilahirkan bersama dan dikongsi,
dengan kegembiraan tiada terkirakan.

Di kala berpisah dengan sahabat, tiadalah kau berdukacita;

Kerana yang paling kau kasihi dalam dirinya,
mungkin kau nampak lebih jelas dalam ketiadaannya,
bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki,
nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.

Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya roh kejiwaan.

Kerana cinta yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya,
bukanlah cinta,
tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan.

Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu jika kau sentiasa mencarinya, untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?

Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!
Kerana dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan,
biarkanlah ada tawa ria dan berkongsi kegembiraan..
Karena dalam titisan kecil embun pagi,
hati manusia menemui fajar dan ghairah segar kehidupan.


Betapa puisi persahabatan tersebut terasa penuh makna kehidupan yang tidak pernah akan kering karena disirami oleh rasa percaya akan sesama sahabat yang begitu melekat dalam hati.

Jika Anda ingin membuat puisi persahabatan, maka sebenarnya tidak ada ketentuan baku yang membatasinya. Anda bisa secara bebas menuangkan isi hati Anda. Adapun letak kesuksesan puisi ini tentu saja ketika bisa dinikmati oleh banyak orang, akan kedalaman makna persahabatan yang terkandung didalamnya.

Minggu, 06 Februari 2011

MENCINTAIMU

Mencintaimu bukanlah sebuah pilihan
Sebab hati tak mampu berpikir seperti logika
Datang tiba-tiba… hasrat ingin selalu berdua
Mencintaimu adalah rasa yang indah

Mereka hanya bisa melarang tanpa mengerti
Mereka hanya menolak tanpa berpikir bijak
Mereka hanya tak mau tanpa menelusuri kedalaman batinku
Mereka hanya bisa berpikir menurut mereka

Mencintaimu adalah sebuah karunia
Meski kau ada dunia juga tak selalu indah
Mencintaimu bangkitkan semangat sepenuh jiwa
Hadapi hari-hari yang tak selalu cerah

Semoga kelak mereka mampu mengerti
Semoga kelak mereka dapat menjadi bijak
Semoga kelak terbuka hati nurani
Semoga kelak terbuka pintu bahagia seutuhnya



kalau mau membaca puisi ini lebih jelas silahkan membuka link ini

Minggu, 30 Januari 2011

POCONG SAYANG

Iwan duduk di kursi bambu, di bawah pohon jambu depan rumahnya. Dia tengah asyik membaca koran minggu lalu yang baru saja dibawa pulang ayahnya dari kota. Matanya yang tajam bak mata Elang, menyapu bersih setiap halaman koran tersebut. Dari kolom ke kolom, sampai halaman iklan, tersapu bersih oleh pandangan matanya dalam waktu seketika. Saat ia membaca halaman paling belakang, tiba-tiba mata Elangnya menatap sebuah iklan yang menggiurkan hatinya.

Dahinya berkerut, kedua alisnya menyatu. Ditatapnya iklan itu lekat-lekat, seolah tak ingin terlepas satu hurufpun dari pandangannya. “Lomba mengarang cerita, dengan tema pengalaman pertama, bebas namun menyeramkan” Lalu ia menurunkan pandangannya. Melihat tentang syarat, ketentuan, serta hadiah yang diiming-imingkan oleh pihak sponsor. Seketika ia melotot tajam menatap hadiah yang terpampang di depannya. Dadanya kembang kempis, pikirannya langsung membumbung tinggi, menelusuri awan-awan yang bergelantungan diatas. “Wah,….. kalau aku menang nanti, pasti gak akan naik sepeda jengki lagi nih!” gumamnya. Bibirnya mengembang, wajahnya ceria seketika. Sambil tangannya mengelus-elus dagunya yang di singgahi jerawat sebesar petai.

Tak lama kemudian, ia meletakkan koran tersebut di kursi, lalu berdiri. Kesepuluh jari tangannya bertemu di bekang punggung, pandangannya menunduk ke bawah, mondar-mandir, pelan mengelilingi pohon jambu tersebut. Bak seorang guru yang tengah mengawasi muridnya mengerjakan ulangan di kelas, ia berpikir keras mencari tema untuk bahan ceritanya.

Sesekali ia menatap ke depan, diam, lalu tersenyum.
“Ah,…pasti kebanyakan orang akan menceritakan kisah malam pertamanya, hikz,…..” tebaknya, sambil bergedek, seolah ia tahu apa yang baru saja ia pikirkan. Kembali ia melangkah pelan, mengitari pohon jambu yang rindang. Lama, hingga ia tersadar akan suara motor temannya yang mulai mendekat. Semakin dekat suara motor itu, semakin dia merasakan hebat degup jantungnya. Impiannya untuk memiliki motor seperti sohibnya serasa hampir mendekati. Seketika pikirannya menjadi kacau.

“Wan, tumben kamu gak ngrumput.” Sapa Hadi, sahabatnya. Motor Shogun barunya diparkir tepat di depan Iwan.

Deg…… .
“Duh, kamu kok cantik amat sih. Cup, cup, cup, hm,…” tangan Iwan mulai mengelus-elus motor dengan lembutnya. Lalu menciumi spion dan bangkunya. Turun kebawah, mengelus setiap lekuk besi dan kerangka motor dengan lembutnya. Lembut, melebihi belaian lembut buat kekasih. Kebawah lagi, hingga tangannya hinggap di ban dan jerujinya, ia belai sepenuh jiwa. Seolah di sana, di dunia khayalannya, ia bahagia dengan memanjakan, serta mengelus-elus mesra calon motor idamannya.

“Oi! Kamu gak papa kan, Wan?” tegur Hadi. Tanganya yang mengepal meninju bahunya. Iwan melonjak kaget. Ia baru tersadar dari lamunannya. Lalu menghela nafas, dan menelan ludah. “Untung gak sampai ketahuan benar-bener nyium motor” umpatnya, malu. Ia melangkah kembali ke kursi sambil menggaruk-garuk kepala, tersenyum sendirian

Hadi menghampiri, lalu duduk di sebelahnya. Kursi bambu itu berderit lirih.
“Bapakmu sudah pulang yah?” tanya Hadi, setelah dia melihat koran tergeletak di sisinya. Iwan mengangguk, lalu menunjukkan iklan tersebut pada sohibnya. Hadi ikut tercenung saat melihat hadiah yang terpampang jelas. “Motor man” ucapnya. Kedua alisnya naik turun.

“Eh, nanti kamu kerumahku yah! Aku ada buku baru, khusus pelatihan untuk menulis. Bulan lalu, saat aku berlibur ke Jakarta, aku membelinya. Bukunya bagus banget. Rugi deh kalau gak baca” ucap Hadi. Mempromosikan buku barunya. Iwan semakin bersemangat, apalagi didukung penuh oleh sohibnya.

Seminggu berlalu, Iwan masih dilanda gelisah. Pikirannya benar-benar terganggu oleh hadiah dari sponsor itu, yang sangat didambanya. Hari-harinya ia membaca buku yang dipinjami Hadi padanya. Buku tentang kepenulisan dari seorang motivator hebat, yaitu Bapak Radinal Muktar Harahap, yang berjudul “Menulis Itu Asyik Lho” Buku Langkah Asyik Melejitka Potensi Menulis Semakin hari ia membaca buku tersebut, semangat serta impiannya seolah meledak-ledak dalam dadanya. Hanya saja, dia belum menemukan tema yang sesuai buat lomba tersebut.

Siang itu, Iwan pergi ke warung untuk membeli pulpen. Ia melihat Kang Slamet beserta gengnya tengah duduk-duduk di warung tersebut, sambil ngobrol dengan serunya. Lalu diapun nimbrung, mendengarkan kisah Kang slamet, yang katanya semalam melihat hantu wanita. Seketika hatinya bersorak, ia merasa bahwa cerita Kang Slamet itu mungkin pas buat tema cerpennya nanti. “Pengalaman pertama Kang Samet, yang menyeramkan, pasti cocok deh” batinnya.

Akhirnya, setelah ia pulang ke rumah, ia pun memulai tulisannya. Satu lembar pertama, setelah ia menulis, ia tak yakin, lalu meremas tulisan tersebut. Ia menghela nafas. Kembali membaca buku motivasi, “Teruslah menulis” itu yang ia baca. Dan semakin dibaca, ia merasa bagai terhipnotis dengan semangat penulisnya.

Dengan semangat baru, kembali ia mengambil pulpen dan buku. Ia ingat-ingat semua cerita yang didengar dari kang Slamet siang tadi. Dari pertama Kang Slamet hendak menonton kesenian ketoprak dengan menaiki sepeda ontelnya, lalu sampai pulang. Dan pada saat pulang itulah, di depan sekolahan ia merasa disapa oleh wanita cantik yang sangat harum baunya. Kang Slamet yang duda ditinggal istrinya merantau ke Hongkong, merasa kesepian, lalu diapun berhenti dan membonceng wanita itu. Namun pada saat sampai di jembatan, Kang Slamet merasakan kakinya berat sekali untuk mengayuh lagi sepedanya, hingga diapun tak kuat, lalu tak lama kemudian, sepeda Kang Slamet tiba-tiba saja mbelok sendiri, hingga jatuh dan tercebur ke dalam kali. Setelah sadar, ternyata wanita yang diboncengnya tadi itu sudah lenyap. Semua Iwan tulis, hingga tangannya terasa kaku. Sayup-sayup terdengar suara Mboknya memanggil, membuyarkan semua ide yang tengah dituliskannya. Si mbok meminta Iwan menggembalakan sapinya di lapangan belakang sekolah.

Iwan menurut kata simboknya. Ia membawa sapinya ke lapangan rumput, sambil membawa buku dan pulpennya. Ia berkhayal tentang cantiknya hantu wanita yang diceritakan oleh kang Slamet. Setelah sampai di lapangan, ia mengikat sapinya, lalu kembali ia membaca tulisannya. Namun, lagi-lagi ia ragu, lalu menggeleng. Dan hampir membuang buku serta pulpennya. Sapi yang tengah digembala mengaum sambil membuang kotoran di situ. Iwan tak peduli, ia melangkah menjauh, lalu membaringkah tubuhnya dihamparan rumput hijau. Ia menatap langit yang tinggi nan biru, tak sedikitpun awan menggelantung di sana. Bayangan Hadi menaiki motor shogun dengan gagahnya, kembali menari-nari di kelopak matanya. Ada rasa yang menghampiri hati, namun segera jiwanya menolak.

Sebulan kemudian.
Malam Jum’at, setelah ia merampungkan yasinan di mushala, ia berjalan sendirian di depan sekolahan. Tujuannya hanya ingin melihat lokasi, saat Kang Slamet dicegat hantu wanita itu. Seperti yang ia baca di buku-buku, bahwa menulis itu setidaknya di sertai riset, agar tulisannya lebih bagus. Dan demi tulisan yang telah ia baca, demi tulisan yang akan ditulisnya, demi motor yang telah ia harapkan, akhirnya ia beranikan diri duduk di pagar sekolahan. Lagi pula dia memang tak percaya dengan cerita Kang Slamet, yang baginya terlalu mengada-ada, mungkin biar orang-orang takut untuk keluar malam.

Iwan duduk menyender di atas pagar tembok sekolahannya. Kedua telapak tangannya bersedekap di depan dada. Wajahnya mendongak ke atas, menatap langit yang cerah, remang kebiruan. Ia berdecak kagum.Tampak bintang di matanya yang bertaburan, bagai lautan kerlipan mutiara. Sungguh pemandangan yang langka di zaman sekarang, yang buminya telah terang oleh lampu-lampu kota. Ia juga melihat rasio bintang layang-layang di ujung barat letak duduknya, kembali ia menggelengkan kepala, lalu bertasbih atas keAgunganNya.

Lama, pikirannya kosong. Yang ada hanya rasa putus asa, karena harapan untuk memiliki motor pasti takkan terwujud. Mengingat ayahnya hanya seorang buruh jaga toilet di kota, dan ibunya bercocok tanam di kampung, ia menunduk dalam. Kesedihan terpancar dari wajahnya yang murung.

Iwan adalah anak satu-satunya, dari pasangan suami istri yang menikah pada usia lapuk. Ia juga terlahir setelah usia mereka berdua diatas empat puluh lima tahun. Kedua orangtuanya sangat awam dalam hal pendidikan.

Kembali Iwan bergedek, lalu memejamkan mata sesaat. Ia merasa tulisan-tulisannya tak ada yang menarik. Percuma dan malu jika di ikutsertakan dalam lomba. Ia telah lupa dengan maksud kedatangannya kesekolahan itu. Saat dia tengah asyik menatap langit serta bintangnya, tiba-tiba seseorang mencolek punggungnya dari belakang. Iwan kaget, lalu menoleh ke belakang. Tak ada seorangpun. Kembali ia menatap ke atas, mencari bintang yang baru saja hilang dari pandangannya. Sesaat ia lupa akan colekan tersebut. Hingga tak lama kemudian, ia merasakan bulu romanya meremang. Ia pun hanya mengusap-usap lengannya dengan telapak tangan. Hingga tak lama kemudian, kembali ia merasa punggungnya di colek oleh seseorang. Ia pun kembali menoleh ke belakang, “Tak ada orang” pikirnya. Ia menggaruk-garuk kepalanya sendiri. Heran, tentang siapa yang mencoleknya.

Ia menggerakkan sedikit tubuhnya ke depan, hingga tak lagi menyender ke tembok pagar. Aneh, ia merasakan indra penciumannya itu mencium wewangian. Ia mengendus-endus hidung, merasakan wanginya. Dan untuk kali ketiga, ia merasa dicolek oleh seseorang, kembali ia menoleh ke belakang. Untuk kali ini, ia tercengang seketika. Kaget bukan mainan. Matanya melotot, melihat wajah cantik seorang wanita, namun putih seputih tembok, tersenyum memamerkan giginya yang hitam serta bibirnya yang merah menyala. Seluruh badannya terbungkus kain putih, dan berdiri tepat di sampingnya. Dadanya bergemuruh hebat, seluruh tubuhnya gemetaran. Seketika ia meloncat ke bawah dengan tujuan hendak lari. Namun sayang, kakinya begitu terasa berat, kerongkongannya seolah kering, tak mampu menelan air ludah. Mulutnya ternganga, namun tak bisa berbicara, kaku dalam bisu.

“Ha, ha, ha, ha, han……” hantu maksud jeritnya. Namun sayang, kembali suaranya tercekat di tenggorokan. Ia tatap hantu pocong itu, berjalan melompat-lompat hendak mendekatinya. Ia semakin ketakutan. Langkahnya terasa berat, bagai berjalan menerjang angin topan, hingga menggigil seluruh persendiannya. Tiada apa yang ia ingat, otaknya seolah berhenti berputar. Ia takut, sampai terkencing-kencing di celana.

“To, to, to, to, longgg,…….” jeritnya. Sambil terus berlari, yang seolah tetap pada tempatnya. Hingga akhirnya, setelah mati-matian ia mengeluarkan tenaga untuk lari, ia sampai juga pada jembatan yang bersebelahan dengan kuburan. Pocong itu meloncat-loncat mengejarnya, dan pada saat yang tak di duga,

Bugggg………
Ia terjatuh, dan kepalanya membentur besi kecil jembatan. Kakinya terasa sakit, matanya berkunang-kunang, namun ia telah kelelahan. Sebelum ia pingsan ia sempat melihat pocong itu dekat sekali dengan tubuhnya, bahkan mendengar pocong itu berkata,”Bukannya kamu ingin melihatku?”

Iwan membuka mata. Pertama kali yang di lihatnya adalah Hadi teman karibnya, yang tengah mengompres wajahnya dengan handuk dan air hangat. Ia bingung melihat kamar yang cantik.

“Aku ada dimana Di? Tanya Iwan.
“Tenang saja, kamu ada di rumahku kok Wan” jawabnya. “Tadi aku melihat kamu pingsan di pinggir jembatan, lalu aku bawa kamu ke kamarku” jelasnya lagi. Iwan mengangguk-angguk pelan
“Oh,…”
“Aku takut Di. Tadi aku lihat pocong di depan sekolahan kita” ucap Iwan, memulai ceritanya. Hadi dalam pandangannya, diam sambil manggut-manggut duduk di tepi ranjang, mendengar serta menatap Iwan lekat-lekat.

Setelah lama mereka berdua duduk dan bercerita, Hadi bangkit dari ranjang, lalu melangkah ke depan dan keluar kamar. Kembali mata Iwan mendelik, melihat Hadi yang baru saja melangkah kedepan, ternyata tak menepakkan kakinya di lantai. Bulu romanya kembali meremang, lalu untuk kedua kalinya ia meloncat, dan menjerit.

“Subbhannallah,…..” ia bertasbih dengan berat serta ketakutan. Kedua telapak tanganya menampari wajahnya. Lalu tiba-tiba ia mendengar suara adzan subuh berkumandang.
“Allahu akbar, allahu akbar…..”
Jleg…!! Iwan bagai terjatuh dari awang-awang. Pandangannya gelap menatap pekat malam. Ia heran dengan hilangnya lampu dan kamar cantik itu. Samar-samar ia melihat pohon-pohon dan rumah kecil disebelahnya. Ia merangkak, meraba-raba sesuatu di tanganya. Ia tersadar saat ini ia memegang batu nisan. Kembali ia menjerit histeris.

“Embokkkkkkk,……!!!” jeritnya, sambil berlari membabi buta keluar dari tanah pekuburan. Kali ini ia mampu berlari, dan terus berlari. Sambil ia mengucapkan takbir, ia terus berlari ke jalan raya. Di sana, ia bertemu dengan Kang Slamet. Ia menjerit memanggil, dengan sisa tenaganya. Dadanya terasa sakit, dan kakinya telah lelah.

“Kanggg,….!”
Seketika Kang Slamet menoleh kebelakang, mendengar seseorang memanggil namanya. Ia mendekati Iwan yang berlari sambil melambai-lambai tanganya sesaat, lalu jatuh.

“Yu Rob! Ini anakmu pulang” Kang Slamet menggendong tubuh Iwan yang pingsan. Di rumahnya telah ramai dari semalam. Berita hilangnya Iwan membuat tetangganya terjaga dan berkumpul di rumahnya. Orang-orang lelaki mencari Iwan hingga dini hari. Mereka juga berusaha mencari melalui perantara orang tua, untuk mengetahui keberadaan Iwan, namun sayang, Iwan tak juga di ketahui rimbanya. Hingga ia muncul dengan sendirinya dan ditemukan oleh Kang Slamet. Warga yang melihatnya sangat iba, sementara ibunya menangis terus hingga matanya sembab.

Kembali Iwan membuka mata, perlahan sadar dari pingsannya. Ia masih trauma dengan kejadian tadi, takut mbok yang dilihatnya juga hantu pocong tadi yang menyamar. “Mbok….” Ucapnya lirih, lalu tangisnya pecah. Mereka berdua berpelukan, disaksikan oleh warga.

Dua minggu kemudian, Iwan masih trauma. Namun setelah ia membaca buku motivasi itu, kembali ia menulis. Ia menulis kisah menyeramkan pertamanya seperti yang tertera dalam lomba. Ia menulis dengan hati, seperti yang telah dinasehatkannya. Ia menulis apa yang dilihat dengan mata dan kepalanya. Dirasa dengan hati, serta dialami, dan akhirnya ia merasa setelah ia menulis semua apa yang menjadi traumanya, ternyata ia merasa lega. Masa deadline untuk lomba mengarang tinggal seminggu lagi, buru-buru ia memasukkan tulisannya ke dalam amplop berwarna coklat. Lalu ia ditemani Hadi membawa surat tersebut ke kantor pos.

Kini ia lega, seolah beban trauma telah ia buang ke dalam tulisan tersebut. Tiada yang tersisa, semua ia ceritakan secara detil apa yang dialaminya. Di situ ia menyadari, bahwa dengan cara menulis, ia mampu mengobati sendiri rasa ketakutan serta trauma yang melandanya selama ini.

Dua bulan kemudian. Saat ia tengah menggembalakan sapi di lapangan rumput belakang sekolahan seperti biasanya, tiba-tiba mboknya datang dengan berlari ketakutan, sambil menarik tinggi-tinggi kainnya.

“Nak kamu cepat lari, pak polisi mencarimu” ucap mbok, dengan suara terputus-putus karena ngos-ngosan, kelelahan berlari-lari. Iwan mengernyitkan dahi, bingung dan takut. Ia mendengar mbok mengatakan polisi mencarinya.

“Mbok, bener ada pak polisi nyari aku? Tanyanya. Ketakutan kembali tergambar di wajahnya.

“Wan! Oi, pulang cepat. Ada kejutan buat kamu” panggil Hadi dari kejauhan. Iwan semakin tak mengerti. Lalu ia mendekati Hadi, dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Sang mbok masih megap-megap mengatur nafas ketakutan. Hadi tak menjawab pertanyaan sohibnya. Ia menarik tangan Iwan pulang ke rumah.

“Selamat Nak. Anda pemenang lomba yang kami adakan. Silahkan anda mengambil hadiahnya di kantor kami minggu ini.” Ucap salah satu lelaki yang berdasi. Sementara kedua lelaki yang lain mengambil fotonya ketika ia bersalaman dengan lelaki berdasi dan pak polisi tersebut.
Mendengar ucapan itu, tubuhnya justru lemas seketika. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Ia masih tak percaya dengan berita ini.

“Selamat Wan, kamu memang hebat. Nanti kita bisa naik motor bersama yah” ucap Hadi, sambil membopongnya. Sang mbok keluar dari persembunyianya, lalu bingung melihat anak semata wayangnya dipuji-puji.

“Mbok, Iwan nanti punya motor” ucap Hadi memberitahu.
“Oh,..” mbok manggut-manggut tak faham. “Motor apa sih Di” Tanya mbok ingin tahu.
“Mbok,…itu lho yang di tipi, yang iklanya bilang, Sshogun dilawan” gitu, masa mbok lupa” seloroh Iwan, malu dalam bangga. Semua tergelak, tertawa, bahagia.
Bukankah engkau telah melihat, bahwa setelah malam puas dengan gelap gulitanya, maka fajar pagi pun pasti datang dengan sinar cahayanya “Terima kasih ya Allah” ucap Iwan dalam hati.



Minggu, 05 Desember 2010

tamanku

kaulah tamanku yang tersayang
kau pujaan hadiku
dan warnamu sangat indah sekali
aku melihatnya sangat bangga sekali

oh tamanku

Minggu, 21 November 2010

Dampak Pemanasan Global terhadap Kesehatan

Pemanasan global akan mempengaruhi perubahan lingkungan seperti: perubahan cuaca dan lautan, pergeseran ekosistem dan degradasi lingkungan.

Perubahan cuaca dan lautan
apat berupa peningkatan temperatur secara global (panas) yang dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian, terutama pada orang tua, anak-anak dan penyakit kronis. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.

Pergeseran ekosistem
dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Mengapa hal ini bisa terjadi? Kita ambil contoh meningkatnya kejadian Demam Berdarah. Nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit ini memiliki pola hidup dan berkembang biak pada daerah panas. Hal itulah yang menyebabkan penyakit ini banyak berkembang di daerah perkotaan yang panas dibandingkan dengan daerah pegunungan yang dingin. Namun dengan terjadinya Global Warming, dimana terjadi pemanasan secara global, maka daerah pegunungan pun mulai meningkat suhunya sehingga memberikan ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak.

Degradasi Lingkungan

yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.

Senin, 11 Oktober 2010

legenda danau toba

Cerita Legenda Danau Toba Versi Bahasa Inggris

Bagi teman teman yang sedang mencari cari cerita danau toba, atau legenda danau toba dalam versi bahasa inggris. Tak perlu repot repot mencari kemana mana untuk mengartikan atau translate dari Indonesia Inggris. Karena dibawah ini sy sudah menyiapkan hasil terjemahan Legenda Danau toba nya dalam bahasa Inggris. Selamat menikmati.

Once upon a time, there was a fisherman lived in a North Sumatra. Don’t ask me the year, all I know it was a very long time before you were born. When he was fishing in a river, a big fish was nailed. This fish had gold color all over its body. It was beautiful. The fisherman was very excited. He imagined a delicious dinner in his head. He put the fish in his basket and went home happily.

When he got home, he put the fish in a sink. He grabbed a knife to kill the fish. But when he almost killed it, he saw the fish eyes and felt pity. He took the knife away and put the fish in washbasin and added water in it. “Don’t worry, I wouldn’t kill you” the fisherman said.

The fisherman went fishing again. But this time he couldn’t get any fish. He went home with nothing in his hand. His stomach started to sing. He walked home slouching. He was surprised when he saw smoke came out from his kitchen.

“Who cooked in my kitchen?” he confused.

He took a peep and surprised when he saw a beautiful girl cooked in his house. “Why there’s a girl in my kitchen?” he confused.

The fisherman entered the room. “Who are you?” he asked the girl.

“I’m the fish.” The girl said.

The fisherman looked the washbasin and saw nothing in it. “The fish?” he asked incredulous.

“Yes. You didn’t kill me and I’m very thankful. I will return your kindness.” The girl said.

“That’s ok. I didn’t ask any return” the fisherman said.

“But I have to.”The girl insisted.

“Well, I lived alone. I don’t have family. If you want to be my wife, I will be very happy.” The fisherman asked the girl.

The girl smiled and said “I’d love to but you have to promise me that if we have kid you can’t tell him about me.”

And so, the fisherman and the fish girl were married. And then they had a child called Samo. Samo was very naughty. He couldn’t be advisable. He always played and never helped his parents.

One day Samo was asked to deliver lunch to his father. On his way, he met his friends and forgot to deliver his father’s lunch. Samo played with his friends. When he was tired and hungry, he was resting under a tree and ate his father lunch. Meanwhile his father waited him in starve and tired. His father went home and saw Samo played. “Where is my lunch?” he asked.

“Mmm…mm.. I ate it” Samo said afraid.

“Why you ate it?” his father asked.

“Mmm..mm.. I was hungry after playing with my friend” Samo said.

“You were told to deliver my lunch but you didn’t listen.” his father was very furious. “I can’t handle you anymore. You are very naughty. Go away from me. Don’t come home anymore.” His father yelled and evicted Samo from his house.

And this what happened if you can’t control your mouth when you angry. His father said the words that he wouldn’t suppose to say. “You… fish’s son.”

Suddenly, the sky was getting dark. The storm was breaking the ears. The rain felt from the sky like giant hose sprayed water all over the place. And then the water came out from the land and getting harder.

Sumo’s mother was very sad. “I told you don’t tell him about me” she said to her husband. “Now I’m going back to be fish again. Good by” the mother was transformed magically to be gold fish again and disappear through the water. The water was getting higher and drown the village and formed a lake.

Meanwhile, sumo run to the hill and stayed there. The hill then was surrounded by the lake.

Now the lake was known as Toba Lake. Toba came from Tuba word means no mercy. And the hill in the middle called Samosir Island. Samosir means ‘Samo di usir’ or in English : Samo have been evicted.
This is just a legend, there were so many versions of the name’s story. You can’t tell which one is really true. But I heard this version since I was a little girl.

Untuk cari artikel versi terjemahan lainnya dalam Bahasa Inggris bisa langsung ke